Kabut

Saya juga tidak tau mengapa ini semua bisa terjadi, tentang semua perasaan yang tak bisa diskripsikan ini.
Saya tak tau memulai cerita ini dari mana, saya jatuh, saya tak ingin bangun, saya ingin merasakan hangatnya tanah yang menempung saya.

Saya ingin sekali anda disini menemani saya, tetaplah disini aku mohooon.

Aku  mencoba menutup telinga.
Bertingkah seperti buta.
Bertingkah semuanya baik-baik saja.

Kamu.....
Ya kamu yang aku butuhkan sekarang....
Mulutku terkunci rapat, otakku mencoba menutup segala tentang kamu.
Luka ini semakin menganga semakin hari saat semakin jauh, bukankah saat waktu belum bergulir selama ini, kamu bukan siapa-siapa, bukan sosok yang aku harapkan untuk berdiam diri dalam kepalaku selama ini, bukan luka yang seharusnya menancap dalam nadiku selama ini, sosokmu semakin menjadi-jadi menguasai diriku.

Kamu...
Sosok yang tak pernah aku ingat, namun saat ini kamu menjadi sosok nomor satu yang paling sukar untuk dilupakan
kamu...
Selalu hadir dalam mimpiku, menjelma dalam hangatnya sebuah imajinasi yang sampai saat ini tak dapat aku kais.
Bagai kabut yang menyesakan nafasku, membuat perih mataku, selalu hadir menghiasi hariku, terlihat jelas, terasa sangat, namun tak dapat aku genggam, jangankan aku genggam, menyentuhmu saja ini tidak bisa.
Entah apa ini, perasaan apa ini ?

Terinspirasi dari cerita salah seorang teman saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magang di KPP Pratama Banjarmasin

Sidang Woy Sidaaaaaaang.....

Nonton Bioskop Sendirian