Apapun Itu. (Cerpen sangat singkat)
Kami duduk disalah satu bangku restaurant yang sengaja kami pilih tepat disudut ruangan.
"Tidak itu sangat konyol tentu aku tak pernah melakukannya" bantahnya sambil tertawa.
Aku tersenyum dan percaya saja.
Aku benar benar merasa jatuh cinta kepadanya, menurutku dia orang yang begitu sempurna, keramahannya, kebaikkannya, humornya yang selalu saja bisa menggelitik hatiku.
Sering kali aku membanggakannya dihadapan teman-temanku.
Aku merasa menjadi sosok yang paling beruntung mendapatkannya.
Namun.
"Aku sudah tau semuanya" aku membalikan badanku darinya dan menyaksikan ombak yang menderu bersahut-sahutan.
"Maksud kamu ?"
"Entahlah apa maksudku, aku hanya mengasihani diriku" aku bingung. Kesalahannya memang tak terlalu fatal, namun entahlah aku hanya tak suka jika aku mengetahui kebenaran dari bukti-bukti yang aku temukan sendiri.
"Salahku apa ?" dia mendekatkan tubuhnya dan menyentuh bahuku.
Aku menepisnya dengan selembut mungkin, aku berbalik dan menatap matanya, aku jatuh cinta lagi, dan aku memeluknya.
"aku tak dapat menjelaskannya, hanya saja tolong, tolong, sekecil apapun itu, seburuk apapun itu jika aku bertanya tolong sekali, aku memohon padamu jawab dengan jujur, aku sudah pasti dapat menerimanya" kataku sambil memeluknya.
"aku tak pernah berbohong kepadamu" ujarnya.
"hanya saja, hidupku... hidupku singkat, semua orang mempunyai hidup singkat dan dapat mati, jadi tolong aku tak ingin membuang waktuku" kataku kelu.
"kamu mabuk?" tanyanya kepadaku sambil memegang kedua pipiku.
"entahlah, mungkin, mungkin aku mabuk" aku mencoba tertawa dan berjalan kearah laut, hingga airnya menenggelamkan kaki telanjangku.
Aku kalut tak dapat berucap, aku hanya takut kebohongan kecilnya berubah menjadi besar, aku takut, aku takut untuk dikecewakan dan kehilangan.
Komentar
Posting Komentar