Memudar.

Dia terus saja menggenggam tanganku, mencoba menatap mataku, namun tatapanku tak beralih dari sepatu biru yang aku kenakan.

"Maafin aku Lis, aku tadi gak sengaja ketemu dia."

"Kalau gak sengaja kenapa kamu lanjutin ?"

Dia hanya diam tak menjawab pertanyaanku, aku memberanikan menatap matanya, ku lihat dari sudut matanya yang menyiratkan kekhawatiran, entah apa aku tak bisa menebak, aku mencoba melepaskan genggaman tangannya yang sedari tadi menggenggam tanganku.

"Udah malam Ayah nanti marah aku jalannya lama, kamu pulang aja ya hati-hati"
"Nanti kamu aku telepon ya"

Aku hanya mengganggunk dan membalikan badan untuk membuka pagar dan segera masuk kedalam rumah.

"Lisa kok muka kamu kusut ? Lho mana bingkai foto yang mau kamu beli ?" Tanya Ayah.
"Gak ada yah, Lisa mau mandi dulu ya capek mau langsung tidur aja". Sambil mencium kedua pipi Ayah yang sedang menonton telivisi di ruang tengah.

Aku langsung menuju pintu berwarna pink yang terletak dipojok sudut rumah, dan langsung menguncinya dengan gusar, sesampainya aku melempar handphoneku kesudut ranjang dan langsung merebahkan tubuhku dan menutupi wajahku dengan bantal.
Ya kebiasaanku berteriak dibawah bantal jika kesal, karna menurutku itu mampu meredam amarahku dan tentu suara teriakanku.
Tak ku hiraukan kedip-kedip dari handphoneku yang sengaja aku silent saat Bimo menelepon hingga aku tertidur.

Kring.....kring.....kring.....
Suara dari jam weker ku yang membangunkan tidurku, langsung ku lihat handphone yang sudah mati karna kehabisan batrai dan langsung ku charge sambil aku menuju kekamar mandi.
Sehabis mandi aku langsung mencek handphone kembali, terdapat 33 missed call dan 9 sms dengan kata-kata yang berbeda namun dengan topik yang sama "MAAF".

Aku keluar kamar lengkap dengan seragamku "Pagi Ayaaaahhh..." Aku mengecup pipi ayah.
"Lisa langsung berangkat aja ya yah"
"Kamu gak sarapan dulu ?"
Aku mengambil sepotong roti dan menghirup susu hangatku.
"di mobil aja deh"
"yaudah bos kecil ayah hati-hati ya belajar yang bener jangan pacaran mulu"

Sesampainya digerbang sekolah aku langsung disambut Bimo.
Ah dia lagi fikirku, dia tersenyum seakan-akan semua tidak terjadi apa-apa.
"Kamu ngapain kesini ?"
"Kamu kok gak ngangkat telepon sama bales sms aku sih ?"
"Malem tadi aku udah tidur" nadaku datar.
"Maafin aku lis, aku bisa jelasin"
"Apa lagi ? Udah deh tinggalin aku sendiri, aku juga mau sekolah kamu pulang aja gih"
"Gak, aku bakalan nungguin kamu disini sampai kamu mau dengerin penjalasan aku"
"Okay, 5 menit dari sekarang"

Dia diam dan hanya menatap mataku dalam, aku teringat ketika dia merangkul perempuan itu sambil tertawa-tawa, aku tertunduk, tenggorokanku tercekat menahan air mata yang akan membanjiri wajahku.

"Dengerin aku sayang banget sama kamu, aku gak mau kamu ninggalin aku......."

Kata-katanya tergantung tak dapat lagi terekam olehku, aku berlari menunduk sambil menutup wajahku dengan tangan.

Selama pelajaran aku hanya melamun.
"Lisa lo sakit ?" taya Mona sahabatku.
"Gue gak enak badan nih"
"Pantes lo keliatannya pucet banget, lo mending pulang aja istirahat dirumah"
"Iya gue pulang aja deh, lo bilangin sama Pak Damar gue sakit ya"
"Siap bos kecil"
Aku menatapnya dengan pandangan kesal yang dibuat-buat, bye Monaaa.

"Cepat sembuh neng Lisa" sapa pak satpam.
Aku hanya tersenyum sambil mengangguk, aku menengok ke samping kiri dan kanan dan melihat mobil Bimo masih terparkir ditempat semula.

Aku berlari dan melihat bajaj yag lewat.
"Baaaajaj" teriakku sambil mengawai-ngawaikan tanganku kearah bajaj tersebut.
"cepet bang" aku menundukan badan agar tak terlihat oleh Bimo.
Aku masih dalam keadaan membungkukkan badan, namun bajaj yang aku tumpangi oleng dan breeeek semuanya gelap.

Aku sadar dan yang aku lihat hanya langit-langit kamar yang putih, ku rasakan leherku yang tak dapat bergerak.
Aku melihat keadaanku kakiku tak dapat ku gerakan yang kurasakan hanya sakit sakit dan sakit.
Ayah menatapku dengan pandangan cemas.
"a.. aa.."
Ayah menggeleng "udah kamu jangan ngomong dulu kamu istirahat aja dulu ya sayang"
Aku memejamkan mataku kembali dan kembali tertidur.

Selama 5 hari aku terbaring dirumah sakit dan meminta agar Ayah merahasiakan keadaanku.

"Kamu masih mau merahasiakan kalau kamu lagi sakit sama semuanya ? Tiap hari Bimo nyamperin kerumah nanyain kamu lis, Ayah bingung mau bohong gimana lagi, jadi Ayah bilang kamu lagi dirawat dirumah sakit kan Bimo juga pacar kamu, memangnya kamu lg marahan ya sama Bimo ? atau gara-gara kamu malu kecelakan gara-gara naik bajaj ?" goda ayah

"aaaah ayah ih, jd Ayah udah bilang sama Bimo kalau Lisa lg dirumah sakit ?"

"Iya itung-itung ada yang bisa gantiin Ayah buat jagain kamu kan ? Yuk minum obat dulu"

Ayah memberikan 3 obat yang berwarna warni dan segelas air putih.
Ah semakin susah saja menegak obat-obat ini setelah mendengar kabar dari Ayah barusan fikirku.

Tok.. tok.. tok.. "Permisi....."
Suara Bimo fikirku.
"Masuk nak Bimo"
Bimo masuk dan langsung mencium tangan Ayahku.

"Pantes kamu gak ada kabarnya lis aku kira kamu masih marah sama aku, kamu kok gak bilang sih kalau kamu kecelakaan"

Aku melirik wajah Ayah, dahi Ayah menyerngit heran.
Namun setelah itu terdengar suara handphone Ayah berbunyi dan Ayah keluar untuk mengangkatnya.

"Buat apa aku bilang sama kamu" Aku memalingkan muka.
Bimo membelai kepalaku. "Aku minta maaf"
"kamu gak usah ngomong apa-apa aku gak mau dengar kamu ngomong" aku masih memalingkan wajah sengaja agar air mataku tak terlihat oleh Bimo, Aku hanya diam menahan air mata dan mengutuk diri sendiri.
Ah gue cengeng banget sih.

Suara pintu lagi. Ayah masuk, "Lisa maafin Ayah ya, ada Ayah harus menemui client ayah, Bimo kamu bisa jagain Lisa kan ?"

Aku menyapu air mataku, "yaaah masa Lisa ditinggalin ? Lisa kan maunya sama Ayah ?"
"Bos kecil ayah kok manja banget sih, kan udah SMA, lagi pula ada Bimo yang jagain ?"
Sebelum aku menjawab kata-kata ayah, Ayah langsung mencium dahiku dan pergi.

Aku hanya diam, Bimo diam.
Seketika keheningan menguasai waktu.

"Baiklah" Aku memposisikan posisiku duduk.
Aku menatap matanya dan menumpahkan semuanya.
Air mataku sudah tak tertahankan.
"Kamu jahat" seruku.
Dia memelukku dan hanya diam.
"Mulai sekarang aku udah gak sayang lagi sama kamu aku benci sama kamu" Aku mendorongnya.
Dia melepaskan pelukkannya dan membelai kepalaku yang tertunduk sambil mengisak tangis.
"Kamu mau aku gimana, biar kamu bisa maafin aku ?"
Aku diam sambil memainkan jariku sendiri.
"Aku bakalan ngelakuin apa aja biar kamu maafin aku" dia menggenggam tanganku.
"TUNJUKIN" teriakku.
"Aku bakalan buat kamu jatuh cinta lagi sama aku"

Hening lagi...

"Ayo kamu istirahat, tidur lagi" kata Bimo lembut.


Aku hanya diam, diam dan diam melihat tingkah lakunya yang mencoba menghiburku.

Keesokan harinya Bimo datang lagi, dengan tas besar, entah apa isinya aku berusaha menahan rasa penasaranku dan mogok bicara terhadapnya.

"Kalau lagi sakit sih biasanya bosen kalau diam aja, syukur aku bawa dvd Nemo jadi ada hiburan deh"

Bimo tau kalau aku sangat suka film Nemo, dia memutar film tersebut, aku berusaha tidak melirik namun aku ikut terbawa suasana untuk menontonya.
Hingga akhirnya aku tertidur lama mungkin, saat aku bangun aku tak menemukan Bimo, mana fikirku, saat aku berbalik aku melihat sebuah boneka Nemo dan kotak makan yang didalamnya ada buah jeruk yang sudah dikupas, dan dibalik tutup wadah tersebut ada secarik kertas yang bertuliskan "Kalau kamu senyum... jeruk yang ada ini pasti tambah manis saat dimakannya, soalnya jeruknya ikut terkontaminasi sama senyum kamu. I LOVE YOU"

Keesokan harinya aku dikejutkan dengan aroma donat yang manis, Bimo dengan senyum ramahnya sudah berdiri disamping tempat tidur.
Aku masih saja bersikap dingin dan datar, dia lagi lagi tak habis akal untuk membujukku dia memutarkan  lagu saat kami jatuh cinta Michael Buble - Everything.
"Selamat pagi tuan putri" Dia membungkukkan badannya seperti di film-film.

Aku beranjak bangun dari tempat tidur mencoba tak menghiraukan perlakuan manisnya.
"Sini aku bantu" Dia memegangi tanganku.
Aku menepisnya "Aku bisa sendiri".
Tubuhku oleng, pergelangan kakiku sepertinya terkilir hebat sehingga aku sulit untuk berdiri sendiri biasanya Ayah yang selalu membantuku.
"Tuh kan si keras hati" katanya.
"Ayah mana sih.." kataku kesal.
"Tadi Ayah aku suruh pulang, masa mau nungguin kamu terus, kan Ayah juga perlu istirahat".
"Kalau gitu panggilin suster" kataku ketus
"Lho suster bukan cuman ngurusin kamu, banyak yang mesti dia urusin, kalau ngurusin kamu yaaaa tugasnya aku" Senyum Bimo lebar.

Mau tak mau aku harus berpegangan pada Bimo untuk menuju toilet.

Aku keluar, dan tiba-tiba Bimo menggendongku untuk kembali ketempat tidur.

"Ayo sarapan dulu"
Tiba-tiba dia berbisik ditelingaku "eh kamu tau gak ini rahasia ya, katanya dirumah sakit sini makanannya gak enak, jadi aku bawain donat rasa mangga yang enak banget khusus buat kamu"
Aku tersenyum namun setelah dia menatap wajahku aku menyembunyikan senyum tersebut.
"Jangan kamu fikir kamu ngerawat aku begini aku mau maafin kamu ya"
Dia tak menjawab dia hanya mengikuti senandung lagu Michael Buble - Everything seakan-akan tak mendengar perkataanku.
Seharian dia mengoceh menceritakan kembali moment-moment dimana pertama kali bertemu, jatuh cinta dan segala macam yang menyenangkan.
Sedangkan aku berpura-pura tak mendengarkan sambil memandang televisi dan remot ditangan dan terus mengganti chanel.

Dokter masuk dan mengabarkan kalau sore hari aku boleh pulang dan bisa rawat jalan karna keadaanku sudah mulai membaik.

Sesampainya dirumah Bimo langsung pamitan dengan Ayah kalau dia langsung pulang, yah aku rada-rada kecewa karna tak ada lagi Bimo yang selalu membujukku.
Bimo ih orang belum gue maafin masa langsung pulang gak pamitan lagi sama gue. Aku kesal dan langsung masuk kamar, ku nyalakan lampu kamar dan aku terkejut di dinding kamar terpajang foto besar pertama kami berdua. Didinding sebelahnya bergantung lampu kelap kelip dengan bentuk "Forgive me" dan emotion sedih, dan diatas tempat tidur aku mendapatkan sebuah kado besar dan sepucuk surat.
Disurat tersebut dia menjelaskan semuanya.
Dia menulisnya, entah benar atau tidak aku hanya membacanya dan dadaku terasa sesak kembali.
Dan tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamarku.

"Boleh msuk gak ?"
suara Bimo.
Aku diam, ketukan lagi.
"Kalau langsung masuk boleh gak ? aku tau kok kamu bolehin aku masuk"

"Hi" sapanya dari gelagatnya dia seperti ketakutan.
Aku menatapnya.
"Mau gimana pun aku gak bisa lupain kejadian itu, kalau bisa aku mau minta hapusin ingatan itu Bim" kataku pelan.
Dia jongkok memposisikan posisinya agar aku dapat menatap wajahnya dari tempat tidur yang aku duduki.
"Kamu tau selama 5 hari kamu gak ada kabar aku kayak orang gila tau gak, aku cariin kamu disekolah gak ada, nyariin kesemua teman kamu teman kamu juga gak tau, aku samperin kerumah rumah kamu rumh kamu sepi, ditanyain sama bibi, bibi gak mau bilang kamu dimana. Syukur Ayah mau bilangin kamu dimana, tau-taunya kamu dirumah sakit, aku khawatir banget sama kamu. Aku takut, aku takut kelilangan kamu, aku sadar cuman kamu yang bisa buat hidup aku hidup, aku takut kamu ninggalin aku, aku tau aku salah, aku gak peduli kamu mau maafin aku atau enggak, tapi please tetap disini tetap sama aku, aku janji aku...."
"Gak usah janji, aku gak suka sama janji kamu tau kan ?"
"Iya aku gak janji tapi aku akan buktiin sama kamu"

Dia memelukku hangat dan erat.
Dan dari malam itu aku tersenyum kembali, walau kepercayaanku terhadapnya sudah memudar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magang di KPP Pratama Banjarmasin

Sidang Woy Sidaaaaaaang.....

Nonton Bioskop Sendirian